Categories
serba-serbi

Gerhana Bulan 568 Tahun Lalu, Berkah atau Bencana?

Karena efek era social media, gerhana bulan hari ini, 26 Mei 2021, lebih terasa ‘hebohnya’. Info, hikmah, cara sholat gerhana bulan, jadwal sholat pun berseliweran di social media. Bahkan ada live streaming proses gerhana bulan di Youtube oleh BMKG, juga live streaming sholat gerhana bulan dari masjid Agung Jawa Tengah. Umat muslim jadi dimudahkan untuk mengikuti infonya.

Bagi orang jaman now, mungkin gerhana bulan sudah dianggap sebagai fenomena alam biasa, yang memang selalu terjadi setiap beberapa tahun sekali.
Tapi bagi orang jaman dulu, dan mungkin sebagian orang jaman sekarang ini masih ada yang mempercayai bahwa ada ‘sesuatu’ ketika terjadi gerhana bulan, yang oleh orang Eropa biasa disebut ‘blood moon’ alias ‘bulan berdarah’.

Ada apa dengan ‘blood moon’ 568 tahun lalu?

20 Mei 1453, terjadi blood moon. Pada saat itu, pasukan sultan Mehmed II sudah hampir 2 bulan mengepung Konstantinopel untuk menaklukkannya, yang saat itu masih dikuasi kekaisaran Romawi Timur. Waktu yang panjang dalam upaya menaklukkan Konstantinopel tentu sangat menguras energi, materi, hinggal mental & psikis pihak sultan Mehmed II, sultan Turki Utsmani alias Ottoman.
Nah, kemunculan gerhana bulan ini menjadi ‘sumber energi’ baru buat sultan & pasukannya. Hal ini karena menurut astrolog Turki, bahwa gerhana bulan itu diyakini akan membawa kemenangan bagi pihak pasukan Turki Utsmaniy.

Singkat cerita, 28 Mei 1453 malam, sultan Mehmed II menyiapkan pasukannya untuk menyerang habis-habisan benteng kota Konstantinopel. Serangan dimulai fajar 29 Mei 1453 dan siangnya itu kota akhirnya ditaklukkan. Penaklukan ini terjadi sangat sengit dan mengorbankan banyak pasukan juga biaya sangat besar. Dan atas keberhasilan penaklukan ini, maka sultan Mehmed II mendapat julukan ‘Al-Fatih’ yang artinya ‘sang penakluk’ atau ‘ sang pembuka’. Setelah penaklukan ini pun nama kota diganti dengan nama ‘Istanbul‘ yang berati ‘kota Islam’ hingga saat ini.

Sisi positif dari dikuasainya Konstantinopel adalah wilayah kesultanan Utsmaniyah makin luas & perkembangan agama Islam ke Eropa juga makin terbuka. Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara juga berada dalam kekuasaan Kesultanan Turki Utsmaniy yang bertahan hingga 1 November 1922.

Akibat Konstantinopel yang jatuh ke pihak muslim, pasokan rempah-rempah ke Eropa jadi terputus. Tapi juga jadi berkah tersendiri bagi mereka, kaum kristen Eropa, yang selama ini mendapat pasokan rempah-rempah dari Konstantinopel. Kristen Eropa ini terpaksa melakukan alternatif jalur lain, mereka melakukan pelayaran hingga sampai India & Nusantara. Mereka ini adalah kerajaan Spanyol, Britania Raya, Belanda, Perancis, Jerman dan Portugis. Dari penjelajahan ini, akhirnya Britania Raya menjadi kerajaan terbesar dunia pada abad 16 sampai 19 karena menguasai wilayah terbesar di dunia. Wilayah Britania Raya terbentang dari Eropa, sebagian Afrika, sebagian Asia, benua Australia hingga benua Amerika.

Tapi… ada sisi negatifnya.

Penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmaniy & penjelajahan kristen Eropa ke benua lain ini membawa dampak buruk bagi Nusantara karena Nusantara adalah sumber rempah-rempah dunia. Sejak abad 16 sampai pertengahan abad 20, yang kata buku sejarah jaman sekolah disebut 350 tahun, Nusantara (Indonesia) bergantian dijajah oleh Belanda, Britania Raya hingga Portugis. Nusantara dieksploitasi habis-habisan sumber daya alamnya, yakni rempah-rempah yang merupakan komoditas utama pada jaman itu.

Pun menurut kepercayaan Jawa, bahwa ‘Grahono iku rembulane kalong/entek mergo dikrokoti buto’ yang terjemahan bebasnya bahwa ‘bulan itu habis karena dimakan oleh raksasa’.
Raksasa dalam pewayangan adalah gambaran manusia yang melanggar norma, tidak pakai aturan dan melanggar syariat. Jadi gerhana ini adalah fenomena alam yang penuh dengan pelajaran, mengingatkan manusia bahwa jaman sekarang sudah banyak manusia yang berperilaku seperti ‘raksasa’ itu.

So, pertanyaannya lagi: Penaklukan Konstantinopel 568 tahun lalu ini merupakan berkah atau bencana?